tokobukuistimewa

Archive for January 6th, 2011

Assalamu ‘alaikum, Adik-Adik 🙂

Asyik, kan, membaca Al-Quran plus membaca tafsirnya? Sekarang, yuk, kita nyanyi sama-sama! Lagunya keren-keren, loh. Lagu di Yuk, Nyanyikan Terjemah Al-Quran ini bukan sembarang lagu. Selain bernyanyi, Adik-Adik akan tahu banyak terjemahan surah-surah pendek dalam Al-Quran. Bahkan, bisa hafal sekalian.

Loh, kok, bisa, ya?

Yups! Sebab, lagu-lagu ini sebenarnya terjemahan surah-surah pendek Al-Quran yang diberi nada dan diiringi musik. Lagu-lagu ini bisa membantu kita belajar memahami makna surah-surah pendek Al-Quran dengan lebih mudah. Adik-Adik tahu, kan? Kata-kata di Al-Quran sangat indah. Menyanyikannya pun dijamin asyik, deh.

Lagu-lagu di Yuk, Nyanyikan Terjemah Al-Quran sangat beragam, loh. Ada alunan musik padang pasir, gaya Gipsy, hingga musik ceria dari Skotlandia! Wuiiih, benar-benar mengembangkan kecerdasan musikal kita. Kerennya lagi, sambil mendengarkan lagu-lagu ini, Adik-Adik bisa membaca liriknya, loh ….

Oke, deh, Let’s Sing a Song!

SPESIFIKASI PRODUK:

BUKU LAGU
Cover:
– Ukuran: 12 cm x 12 cm
– Jenis kertas: AP 210 gr
– Finishing: doff

Isi:
– Ukuran: 12 cm x 12 cm
– Jenis kertas: MP 150 gr
– 24 hlm.

CD:
– Jenis CD: Silver
– 16 track
– Durasi: 34 menit

Daftar Lagu

I Love My Al-Quran—1, Al-Fiil—2,
Al-Qadr—3, Al-Kautsar—4,
An-Naas—5, Al-Falaq—6,
Al-Ikhlaash—7, An-Nashr—8,
Al-‘Ashr—9, Al-Humazah—10,
At-Tiin—11, Al-Insyiraah—12,
Adh-Dhuhaa—13, Al-Kaafiruun—14,
Al-Lahab—15, At-Takaatsur—16.

Ada istilah menarik, loh, yaitu Istanthiqil Quran, artinya ajaklah Al-Quran bicara …!

Itulah anjuran dari salah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Ya, Al-Quran harus kita ajak bicara, layaknya sahabat istimewa. Sahabat yang selalu menghibur kita setiap saat, baik saat sedih, senang, susah, maupun gembira. Selain itu, Al-Quran juga sahabat yang mengingatkan kalau kita lupa atau istilah lainnya khilaf. Uiiih, keren, kan …?

Eh, ngomong-ngomong, bagaimana mungkin, ya, kita bisa bersahabat dengan Al-Quran, tapi tidak paham pesan-pesan di dalamnya? Nah, karena itulah, I Love My Al-Quran ini hadir di tengah kita. Buku ini akan membantu kita semua, terutama anak-anak Muslim, membaca (tilawah) sambil memahami isi Al-Quran (qira’ah). Waaah, asyik, ya, bisa bersahabat dengan Al-Quran.

Keluarga Muslim Indonesia, persahabatan dengan Al-Quran akan makin tambah asyik dan menyenangkan karena I Love My Al-Quran tampil dengan dihiasi gambar- gambar menarik. Dijamin, deh, membacanya akan betah berlama-lama. Ngomong-ngomong tentang gambar, zaman dahulu juga sudah ada, loh, tafsir Al-Quran yang penuh gambar, yaitu Tafsir Al-Jawâhir karya Thanthawi Jauhari.

Selain menyenangkan, I Love My Al-Quran juga sarat dengan berbagai informasi. Setiap halaman dirancang unik hingga Keluarga Muslim Indonesia atau siapa pun yang membacanya bisa mendapatkan banyak pengetahuan dengan cara unik pula. Misalnya, belajar kosakata Al-Quran, hukum tajwid, dan info-info tambahan yang menarik. Kami berharap, I Love My Al-Quran ini bisa membuat anak-anak meneriakkan kata yang sama, I LOVE MY AL-QURAN! (AKU CINTA AL-QURANKU!) SEMOGA …

Dalam rangka menyosialisasikan produk terbaru, sekaligus melengkapi produk ILMA (I Love My Al-Quran), Pelangi Mizan bekerja sama dengan Mizan Direct Selling (MDS) dan MP Book Point Jakarta menyelenggarakan “Workshop Penulisan Diary ILMA dengan tema: Mengikat Makna di Ruang Privat”. Workshop tersebut dilaksanakan di Ruang Meeting MP Book Point di Jln. Puri Mutiara Raya No. 72 (Daerah Jeruk Purut-Kemang) Jakarta Selatan pada 27 Desember 2007. Fasilitator pada acara ini, yaitu Mas Hernowo (penulis buku best seller Mengikat Makna) dan Ana P. Dewiyana (salah satu script writer dan editor eksekutif ILMA, juga penanggung jawab Divisi Anak-Remaja di Pelangi Mizan).

Acara tersebut dihadiri oleh para pemegang voucher workshop gratis pembeli ILMA dan pihak MDS (Mizan Dian Semesta). Para fasilitator di acara tersebut mengupas konsep belajar ILMA dengan proses mengikat makna di ruang privat. Acara dibuka dengan pengenalan konsep belajar ILMA yang disampaikan oleh Ana P. Dewiyana.

“Produk ILMA terdiri dari mushaf Al-Quran, tafsir dan terjemahan, permainan ular tangga, kamus, CD lagu, dan kini dilengkapi dengan diary. Diary ini diciptakan untuk mengembangkan Quantum Reading, Writing, dan Listening. Mengikat makna merupakan pola untuk memudahkan mencari intisari dengan mengaplikasikan tafsir Al-Quran ke dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Ana.

Selanjutnya, acara beralih ke Mas Hernowo sebagai pembicara dengan materi “Mengikat Makna di Ruang Privat”. Beliau mengungkapkan bahwa Diary ILMA merupakan salah satu pintu masuk atau alat bantu supaya Al-Quran dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam sebuah keluarga. Dengan kata lain, Diary ILMA lebih mengakrabkan ILMA di tengah-tengah keluarga dengan cara kerjanya yang membuat Al-Quran menjadi lebih kontekstual.

“Mengikat makna adalah konsep saya dalam menjadikan baca-tulis dalam satu kegiatan yang sinergis (saling mendukung dan membantu),” ungkap Hernowo. “Mengikat makna Al-Quran sama dengan membuat Al-Quran berbicara. Jadi, kita bukan hanya membaca dan menghafal Al-Quran, tapi juga memaknai bacaan itu,” lanjutnya.

Mas Her, begitu beliau akrab disapa, mengungkapkan bahwa nilai makna yang terkandung dalam suatu hal tidaklah sama bagi setiap orang. Sesuatu akan bermakna jika dianggap penting bagi diri pribadi masing-masing. Begitu pun dengan mengikat makna Al-Quran melalui penulisan Diary ILMA. Karena menyangkut ruang privat, tidak ada seorang pun yang berhak mencampuri ruang privat orang lain tanpa seizin pemiliknya. Singkatnya, Ayah, Ibu, dan anak memiliki hak yang sama dalam mengungkapkan perasaan dan pengalamannya masing-masing.

Jadi, saat seseorang mendapatkan sesuatu lalu disampaikan sesuai dengan apa yang dipahaminya, bebas, itulah yang disebut dengan mengikat makna di ruang privat. Dan menurut pakar pendidikan, pembelajaran dengan metode seperti itu sangat dianjurkan. Kemudian, Mas Her menuturkan bahwa mengikat makna dan mengisi diary harus dibiasakan, agar efeknya terasa dan hari-hari yang dilalui pun tidak berlalu dengan kehampaan.

“Membaca memerlukan menulis dan menulis memerlukan membaca. Artinya, jika kita membaca sesuatu dan apa yang kita baca tidak kita ikat, maknanya akan hilang. Menulis akan membantu kegiatan membaca agar yang dihasilkan dari membaca tidak sia-sia. Menuliskan apa yang kita dapat, apalagi jika bermanfaat, itu luar biasa,” jelas Mas Her sekaligus menutup materi.

Setelah jeda istirahat, acara dilanjutkan dengan materi “Cara Asyik Mengikat Makna di Diary ILMA,” yang disampaikan oleh Ana P. Dewiyana. Pada awal materinya, Ana mengungkapkan harapannya, yaitu agar ILMA dengan segala metode yang ditawarkan di dalamnya dapat membantu pendidikan mengenai Al-Quran di keluarga. Sehingga Al-Quran tidak lagi berjarak jauh dengan orang yang mempelajarinya, dalam hal ini setiap anggota keluarga Muslim. Selain itu, Al-Quran pun tidak hanya dijadikan sebagai bacaan. Anggaplah Al-Quran sebagai teman dan jadikanlah Al-Quran sebagai poros seluruh ilmu pengetahuan seperti yang telah dicontohkan oleh para ilmuwan Muslim terdahulu.

Dengan adanya Diary ILMA, diharapkan setiap keluarga dapat membangun suatu kebiasaan positif, yaitu mendokumentasikan pemikiran-pemikiran setiap anggota keluarga dalam bentuk ruang privat. Diary-diary yang sudah dituliskan dapat menjadi report atau saksi sejarah perjalanan hidup dan konsep berpikir masing-masing anggota keluarga. Dari sana bisa dilihat perkembangan jiwa anak dan orangtua. Bahkan, lebih menarik lagi, pemikiran ini dapat diwariskan kepada generasi mendatang sebagai sarana berbagi pengalaman hidup. Selain itu, diary ini pun dapat mengisi rak-rak perpustakaan pribadi atau keluarga bersama buku-buku yang biasa kita baca sehari-hari.

Lebih lanjut, Ana menjelaskan 3 konsep yang terdapat dalam Diary ILMA, yaitu Management Learning, Mind Mapping, dan Writing. “Management Learning membantu keluarga atau pembelajarnya menentukan jadwal belajar Al-Quran setiap harinya dengan metode berbeda yang dapat menstimulus multiple intelligence. Metode-metode tersebut di antaranya dengan membaca, menulis, menggambar, membuat kerajinan tangan, mendongeng, membuat lagu (bernyanyi), dan bermain. Seluruh tema kegiatan tersebut diambil dari Al-Quran.”

Selain itu, ia menjelaskan juga bahwa orangtua tidak dapat membendung kegemaran anak pada televisi dengan cara mematikan televisi atau menghindari televisi. Cara yang lebih efektif adalah orangtua dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan suasana belajar dan bermain yang kondusif. Tujuannya agar anak mendapatkan ilmu dengan cara yang menyenangkan. Salah satunya dengan mengajak belajar Al-Quran bersama, dengan mengikat maknanya di ruang privat atau Diary ILMA yang sudah disediakan.

Diary ILMA dapat diisi dengan berbagai metode, yaitu bisa diisi dengan syair puisi yang kemudian dapat dibuat lagu, bisa juga dengan menggambar dan membuat kerajinan tangan. Selain itu, orangtua dapat menggunakan metode mendongeng bagi anak yang belum lancar atau belum dapat membaca.

Sebelum meminta anak-anaknya mempelajari sesuatu, diharapkan orangtua pun mempelajarinya terlebih dahulu. Sehingga saat anak-anak bertanya tentang banyak hal yang sedang dipelajarinya, orangtua tidak kelabakan atau bahkan melarikan diri dengan menyalahkan anak yang banyak bertanya. Orangtua pun dapat belajar dari hal-hal yang sangat sederhana terlebih dahulu karena hal itu akan lebih efektif, seperti layaknya anak-anak yang baru belajar berjalan atau belajar sesuatu yang baru. Sebab, masa kecil itu tidak pernah hilang dari diri kita. Buktinya, kita senang melihat anak-anak berlarian dan bahkan ingin ikut. Hanya saja, kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa usia kita sudah segini, jadi urung melakukannya,” sahut Ana. “Jadi, jangan ragu dan malu untuk mempelajari sesuatu yang baru dan mencoba berbagai metode membantu proses belajar. Itulah fungsinya ruang privat, sangat bebas,” tambahnya lagi.

Konsep Diary ILMA lainnya adalah Mind Mapping (konsep pemetaan pikiran). Dengan Mind Mapping, kita dapat mengeluarkan satu gagasan yang kemudian akan menghasilkan gagasan baru yang lebih spesifik dan memudahkan kita untuk melahirkan sebuah tulisan.

Tulisan yang dihasilkan di ruang privat adalah tulisan bebas kritik, tidak ada salah dan benar di dalamnya. Tujuannya adalah mengembangkan pemikiran dan menuangkan segala yang ada di dalam diri kita, penuh dengan proses belajar dan pengalaman. Ana berharap orangtua dan anak tidak saling mengoreksi satu sama lain, melainkan menumbuhkan budaya berdiskusi di keluarga. Hal tersebut yang akan menghidupkan keluarga itu sendiri.

Ketika seorang Ibu bertanya bagaimana kiat mempelajari surah atau ayat Al-Quran yang panjang bagi anak-anak. Ana menjawab, “Kita dulu yang belajar, lalu kita nilai bagaimana cara yang enak. Selepas itu, bangun komunikasi. Kalau memang seseorang itu nyaman mempelajari Al-Quran dengan cara bebas dan acak, itu pun bisa dilakukan. Yang penting anak senang. Karena bagaimanapun, ada hal baru yang akan didapat.” Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan terakhir yang sekaligus menutup acara workshop.

Ternyata, meskipun agenda acara sempat mundur 30 menit karena menunggu kehadiran para peserta, animo peserta yang hadir tetap tinggi sampai acara workshop berakhir. Buktinya, beberapa orang dari MDS meminta acara workshop seperti ini dilaksanakan lagi untuk lebih meningkatkan motivasi, semangat, dan memudahkan untuk menyampaikan konsep belajar Al-Quran dengan cara mengasyikkan. (Lia & Ana)

 

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!


January 2011
M T W T F S S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31  

Daftar Isi

Subscription



GRATIS artikel/info/promo terbaru langsung dikirim ke Email Anda